. Welcome to my blog. . . Frequently visit my blog. . . . May be useful for all :). Thanx so much: *

Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 16 Desember 2013

PERAWATAN TALI PUSAT






BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Dasar Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang bebeda-beda (Notoadmodjo, 2010)

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia dengan demikian pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah bervariatif dengan asumsi senantiasa manusia untuk mendapatkan proses pengalaman atau mengalami. Proses pengetahuan tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek, yaitu :
1.        Proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya
2.       

Proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru.
3.        Proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara yang dilakukan benar
(supiyati & ambarwati, 2012)

Pengetahuan (knowledge ) yaitu:
1.        Berhubungan dengan kepercayaan : rehabilitas dan soliders dari dunia nyata (Eksternal World) yang diketahui melalui inperception yang bertalian dengan ingatan (memori) dan pengaruh objek-objek yang sama seperti yang pernah dilihat sebelumnya (Roda Berputar Dunia Bergulir)
2.        Understanding everything that is know , information
(Sujianti & Susanti, 2009)

2.1.2        Tingkat pengetahuan
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
1.        Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2.        Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3.        Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4.        Analisis (analisys)
Analisis adalah kemampuian seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang tedapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan), terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5.        Sintetis (synthetis)
Sintetis menunjukan seseorang untuk merangkum atau meletakkan pada satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6.        Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Notoadmodjo, 2010).


2.1.3  Penilaian pengetahuan
1. Pengetahuan Baik
Bila prosentase hasil 76 – 100 %
2. Pengetahuan Cukup
Bila prosentase hasil 56 – 75 %
3. Pengetahuan Kurang
Bila prosentase hasil 40 – 55 %
Arikunto (2006).

2.2 Konsep Dasar Tali Pusat
2.2.1 Pengertian Tali Pusat
Tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan funiculus umbilikalis merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjang normal kurang dari 40 cm. Tali pusat merupakan jembatan penghubung antara plasenta dan janin. Jadi tali pusat tidak hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh aktivitas yang ada di plasenta yakni menyalurkan zat-zat yang dibutuhkan oleh janin, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serta berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida. Lalu, akan dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian dieksresikan dari tubuh ibu (Riksani, 2012).

Tali pusat adalah jaringan unik yang terdiri dari dua arteri dan satu vena yang tertutup oleh jaringan pengikat mukoid yang dikenal sebagai Wharton’s jelly, yang ditutup oleh satu lapisan tipis membrane mukosa (kelanjutan dari amnion). Selama hamil, plasenta menyediakan semua nutrient untuk pertumbuhan dan menghilangkan produk sisa secara terus-menerus melalui tali pusat. Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras dan berubah warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering). Proses ini dibantu oleh paparan udara. Pembuluh umbilical tetap berfungsi selama beberapa hari, setelah resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat terpisah (Trotter, 2010)

Tali pusat terdiri dari bagian maternal (desidua basalis) dan bagian janin (vili korionik). Permukaan maternal lebih memerah dan terbagi menjadi beberapa bagian (kotiledon). Permukaan fetal ditutupi dengan membran amniotik dan merupakan membran yang halus serta berwarna kelabu dengan tonjolan pembuluh darah sehingga tali pusat tidak hanya sebagai penyalur sumber makanan dan sebagai penyaring bagi janin (Sarwono, 2010)

2.2.2   Pengertian Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan tindakan untuk pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan fisik ibu dengan bayi. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu : tali pusat akan pupus pada hari ke-5 dan hari ke-6 tanpa ada komplikasi. Sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengalami kematian (Boyycell, 2011).
  
Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat bayi, alat dan bahan yang digunakan hanya kassa steril, air dan sabun. (Hidayat, 2009).

Perawatan tali pusat adalah upaya untuk mencegah infeksi tali pusat dengan tindakan sederhana yakni tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat (Sodikin,2012)

2.2.3 Tujuan Perawatan Tali Pusat
Menurut Sodikin (2012), tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi diantaranya tetanus neonatorum dan omfalitis dengan tindakan sederhana.

Menurut Boycell (2011), tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh bayi melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemisalahan tali pusat dari perut. Dalam upaya mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan, ada berbagai substansi dan ritual yang telah digunakan untuk perawatan tali pusat, hanya beberapa diantaranya yang sudah diteliti. Substansi seperti pewarna tripel, alkohol, dan larutan klorheksidin dahulu dianggap dapat mencegah infeksi tetapi efektivitasnya belum terbukti. Tali pusat puput sehari lebih cepat pada kelompok, dimana tali pusat dibiarkan mengering secara alami (Kengkap, 2009)

2.2.4 Cara Perawatan Tali Pusat
Penatalaksanaan perawatan tali pusat (Panduan APN, 2010)
Peralatan Yang Dibutuhkan: 
1.        2 Air DTT, hangat, (a) untuk membasahi dan menyabuni, (b) untuk membilas 
2.        Washlap kering dan basah 
3.        Sabun bayi 
4.        Kassa steril 
5.        1 set pakaian bayi

Prosedur Perawatan Tali Pusat: 
1.             Cuci tangan. 
2.             Dekatkan alat. 
3.             Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju, bedong yang sudah digelar. 
4.             Buka bedong bayi. 
5.             Lepas bungkus tali pusat. 
6.             Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai kaki/ atas ke bawah. 
7.             Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih. 
8.             Bersihkan tali pusat, dengan cara:
a.  Pegang bagian ujung
b. Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang
c. Disabuni pada bagian batang dan pangkal
d. Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
e. Keringkan sisa air dengan kassa steril
f. Tali pusat tidak dibungkus. 
9.             Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir. Keuntungan : Tali pusatnya tidak lembab, jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian popok dulu. 
10.         Bereskan alat. 
11.         Cuci tangan.

Menurut Hidayat (2009), Prosedur dalam perawatan tali pusat yaitu :
1.             Cuci tangan
2.             Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan dengan kasa steril
3.             Pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara longgar
4.             Lipat popok dibawah sisa tali pusat
5.             Jika tali pusat terkena kotoran feses, cuci dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan
6.             Cuci tangan

Menurut Sodikin (2012), prinsip perawatan tali pusat
1.      Jangan membungkus pusat atau mengolesi bahan atau ramuan apapun ke punting tali pusat
2.      Mengusapkan alkohol ataupun iodinpovidin (Betadine) masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
3.      Hal-hal berikut yang menjadi perhatian ibu dan keluarga :
a.       Memperhatikan popok di area puntung tali pusat.
b.      Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang dan sabun. Keringkan secara saksama dengan kain bersih.
c.       Jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah harus segera bawa bayi tersebut ke fasilitas yang mampu memberikan perawatan bayi secara lengkap.
Urutan Perawatan Tali Pusat
1.      Olesi pangkal umbilical dengan alkohol atau betadine dengan menggunakan lidi kapas.
2.       Ambil kasa steril yang telah dibasahi alkohol atau betadine, kemudian usapkan ke tali pusat hingga bersih.
3.      Ambil kasa steril kering, kemudian rekatkan pada pangkal umbilical bayi dan ikatkan dengan simpul.
4.      Perhatikan keadaan tali pusat apakah ada tanda-tanda infeksi.

Menurut Riksani (2012), ada beberapa tips dalam merawat tali pusat :
1.      Cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh tali pusat.
2.      Saat memandikan bayi, usahakan agar anda tidak menarik tali pusat.
3.      Bungkus longgar tali pusat menggunakan kassa steril atau tali pusat dapat dibiarkan terbuka (tanpa dibungkus kassa) dan tanpa dibubuhi apa pun (obat antiseptik atau alkohol), serta bahan-bahan lain di atas tali pusat.
4.      Tali pusat sebaiknya tidak tertutup dengan rapat karena akan membuatnya menjadi lembab yang bias meningkatkan resiko tumbuhnya bakteri.
5.      Tali pusat akan lepas sendirinya, sehingga sangat tidak dianjurkan untuk mermegang atau menarik-narik tali pusat.

Menurut rekomendasi WHO, untuk perawatan sehari-hari tali pusat cukup dengan membersihkan tali pusat dengan air dan sabun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Dore membuktikan adanya perbedaan perawatan antara perawatan tali pusat yang menggunakan alkohol pembesih dan dibalut kain steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan cara alami lebih cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan alkohol. Penelitian lainnya yang dilakukan Kurniawati menyimpulkan bahwa perawatan tali pusat dengan menggunakan prinsip udara terbuka (tidak menutup tali pusat menggunakan kassa/pembalut), waktu yang dibutuhkan untuk mengering lebih cepat dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan Air Susu Ibu (ASI). Menurut Surat edaran tentang panduan ini, pertama kali dipublikasikan pada tahun 2004 dan sesuai dengan nasihat terbaru berdasarkan bukti yang ada (Trotter,2008b) memberitahukan perawatan tali pusat dengan menjagalah area sekitar tali pusat agar tetap bersih dan kering. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan membiarkan daerah ini dan tidak memberikan apapun setelah mandi pertama kali dalam air bersih biasa, tepuk-tepuk agar kering dengan handuk bersih. Lipat kembali popok, pada setiap kali ganti, sampai tali pusat lepas (Trotter, 2010).

Menurut saya, perawatan tali pusat yang baik yaitu tali pusat harus tetap bersih dan kering ditutup dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun, dan juga perlu diperhatikan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan tali pusat, berbau dan bernanah, serta suhu tubuh bayi meningkat.

2.2.5   Tanda dan Gejala Infeksi Tali Pusat
Menurut Sodikin (2012), Perawatan tali pusat tidak steril akan mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus neonatorum dan omfalitis. Untuk mencegah hal tersebut ibu di tekankan untuk mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi tali pusat bayi mereka yang dapat disebabkan karena spora Clostridium tetani dan bakteri stapilokokus, streptokokus, atau bakteri gram negatife.  tanda dan gejala infeksi tali pusat pada bayi yaitu bayi tiba-tiba panas dan tidak mau menetek atau tidak dapat menyusu karena trismus (sebelumnya bayi menyusu seperti biasa), adanya mulut yang mencucu seperti mulut ikan (karpermond), mudah dan sering kejang disertai sianosis, suhu meningkat, kuduk kaku, sampai opistotonus.

Menurut Riksani (2012), tanda dan gejala terjadinya infeksi pada tali pusat yaitu sebagai berikut :
1.      Bayi terlihat gelisah dan rewel. Hal ini sesudah anda memastikan bahwa kegelisahan bayi tidak disebabkan oleh hal lain misalnya karena pipis, pup, lapar, kepanasan atau penyebab lainnya.
2.      Terlihat adanya tanda kemerahan di sekitar pangkal tali pusat dan perut bayi.
3.      Daerah sekitar tali pusat tercium aroma bau dan mengeluarkan nanah (nanah merupakan salah satu indikasi terjadinya infeksi).
4.      Suhu tubuh bayi meningkat, tubuh terasa hangat atau panas. Untuk lebih akurat, anda bisa menggunakan thermometer untuk mengukur suhu tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi 380 C maka bayi sudah terkena demam.
5.      Bisa membubuhkan obat antiseptik di area tali pusat, cukup dibubuhkan sedikit dengan menggunakan kapas.
6.      Jika tidak teratasi dengan baik, sebaiknya segera bawa bayi ke tenaga kesehatan terdekat.                                
Tanda dan gejala infeksi tali pusat antara lain :
1.      Bila bau tak sedap muncul pada tali pusat, bisa dipastikan tali pusat terinfeksi.
2.      Selain muncul bau tak sedap, ditandai pula dengan tali pusat yang basah.
3.      Timbul ruam merah atau bengkak di sekitar pangkal tali pusat, dan kadang disertai demam. 
(Tabloid Nakita. 2012).

Gejala klinis yang sering dijumpai pada infeksi tali pusat seperti :
1.      Susah membuka mulut (trimus), terjadi karena adanya kekuatan pada otot mengunyah (masseter).
2.      Wajah tampak meringis atau mengkerut (risus sardonikus), terjadi karena adanya kekakuan pada otot mimic muka, dimana dahi bayi kelihatan mengkerut, mata bayi agak tertutup, dan sudut mulut bayi tertarik ke samping dan ke bawah.
3.      Kekakuan pada otot yang menunjang tubuh (opisthotonus) seperti otot punggung, otot bahu, dan otot leher.
4.      Otot dinding perut kaku, sehingga dinding perut seperti papan.
5.      Pada tetanus yang berat akan terjadi ganguan pernafasan akibat kekakuan yang terus menerus dari otot laring yang bias menimbulkan sesak nafas.
6.      Bila kekakuan otot semakin berat, akan timbul kejang-kejang umum yang terjadi setelah penderita menerima rangsangan seperti dicubit, digerakan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya.
(Linda. 2011).

2.3      Penelitian Terkait
Hasil penelitian Yuni Suprapti tahun 2009 di RB Kariyem Desa Pancawarga Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur tentang gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat (Suprapti, 2009).

2.4      Kerangka Teori
Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori adalah teori perilaku kesehatan menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003), selanjutnya perilaku kesehatan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan. Faktor-faktor pendorong (re-enforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :










2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung, tetapi konsep harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo, 2012).






0 komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggal Komentar yah sobat di blog sederhana ku ini :)